Anak Kampus CPC - Support us

Minggu, 18 November 2012

MENGINTIP CINDERELLA (DIBALIK CERITA SEPATU CINDERELLA) * Bagian 2

Membalikkan Kenyataan dan Hegemoni Pandangan
Kristianto Simuru., Sosiolog Muda, memiliki pandangan yang unik dalam memahami cerita dibalik sepatu Cinderella. Ia mengemukakan pandangannya tersebut ketika saya memposting tulisan berjudul MENGINTIP CINDERELLA Bagian Pertama di dinding group BUKAN SUSUPO.
Umumnya saya memahami bahwa Cinderella itu memiliki dualisme tekanan cerita selain dari sikap penghormatan terhadap perempuan tetapi juga menggambarkan banyak aspek sebagaimana pandangan Simuru :

.....Apa menghormati perempuan? itu justru menceritakan dualisme perempuan. ada remaja baik ada remaja buruk. ada ibu yang baik ada ibu yang buruk, perempuan gode ba jerawat selalu dikaitkan dengan si jahat. yang langsing mulus suara gemulai selalu dikaitkan dengna si baik. bagi saya ini cerita diskriminasi ke cantikan. mengapa cinderella tidak di ceritakan berhidung babi dan beratnya 100 kg. dasar seniman ababil wkowkwowk (solidaritas orang orang jelek :p )
 .....cinderella ini simbol kapitalisme dunia barat. mereka selalu menunjukan bahwa wanita yang cantik itu putih dan langsing agar cream pemutih mereka laku terjual dan rumah-rumah sakit tempat operasi plastik laris manis . akibatnya sekarang kalau ke uksw saya selalu ngeri liat perempuan kulitnya kok bisa zebra gitu. mukanya putih, kakinya hitam...wkwokwow. begitu pula dengan mrk yang ingin jadi pangeran...pangeran harus tinggi berotot dan lain lain.

Jadi disini tampaknya memang benar bahwa Cinderella, tak lain ialah cerita yang ingin memaksakan parameter tertentu untuk mempengaruhi seseorang sehingga seseorang tentu akan menempatkan dirinya sebagaimana parameter atau standar-standar tertentu yang dipaksakan berlaku juga bukan sebagai suatu kebenaran tetapi justeru yang terjadi adalah pembenaran!

Hubungan Perempuan dan Laki-laki
Dalam cerita Cinderela, saya dapat menemukan beberapa bagian yang menarik untuk dibicarakan :
  1. Cinderella dalam cerita, adalah sosok perempuan yang mengalami diskriminasi besar, tokoh cerita yang mengalami penderitaan luar biasa dimana dirinya diperbudak. Ketika mengalami situasi ini, maka seseorang akan berfantasi tentang kenikmatan tertentu yang sekiranya kenikmatan tersebut dapat menolong dirinya untuk keluar dari penderitaan itu. Jadi dapat dikatakan bahwa penderitaan memang benar membuat seseorang tak berdaya tetapi justeru penderitaan yang dialami seseorang akan mendorong dirinya menciptakan berbagai fantasi dimana fantasi tersebut akhirnya dapat memberikannya ketenangan. Meski ketenangan sesaat!
  2. Tak lebih dari itu, masa-masa Cinderella yang secara psikologis merupakan masa pertumbuhan perempuan dewasa, mungkin saja sosok pangeran yang tampan dan serba ada atau bergelimpahan adalah dorongan seksual spontan baik ketika Cinderella mengalami penderitaan atau ketika tidak dibuat menderita.
  3. Dalam kasus lain, memang benar yang dikatakan oleh Kristianto Simuru bahwa telah terjadi pemaksaan terhadap parameter tertentu sehingga seseorang dan orang lainnya akan memandang serta memiliki kesamaan pandangan tentang kecantikkan itu bahwa kecantikkan selalu identik dengan postur tubuh yang ideal, kulit tubuh yang kencang, payudara yang montok, bibir dan struktur fisik lainnya. Sedangkan kecantikan dalam pengertian tertentu selalu diidentikkan dengan kekokohan, populeritas serta kemewahan.   
Sekiranya itu saja yang dapat saya komentari terkait artikel ini. Untuk lanjutannya akan dibahas pada ABG Tua dimana salah satu uraiannya masih membawa stand point Mengintip Cinderella tetapi pada konteks alur ABG Tua!