Anak Kampus CPC - Support us

Jumat, 09 November 2012

Teror Yang Mengganggu Pikiran Kedamaian

Saya sangat bergumul ketika mendengar beberapa kasus, pasca konflik Poso, pada bulan Agustus sampai November tahun 2012. Saya memandang bahwa pergumulan tersebut sangat mendasar sebab beberapa hal (1). Poso pasca konflik terutama ketika pemerintah dan mitra pemerintah bersama masyarakat sudah membangun totalitas tindakan untuk menjaga situasi dan k
kondisi di Poso tetap stabil dan aman-aman juga masing-masing mampu memainkan peran dalam memberikan jaminan rasa aman, kenyamanan, sehingga setiap individu atau kelompok dapat menjalankan aktifitas sehari-hari; (2). Sepengetahuan saya juga beberapa pengalaman dari orang lain atau pihak yang berkepentingan selama mengunjungi Poso, bahwa Poso kondisinya sudah pulih. Pulihnya kondisi dilihat dari hubungan yang harmonis, hubungan antar kelompok yang dimaksudkan itu. Tetapi sungguh diluar dugaan, Poso mengalami teror lagi; (3). Saya sendiri sudah melakukan beberapa diskusi, pernyataan dan pandangan-pandangan yang dapat dipertanggungjawabkan secara empiris (terukur, bisa diuji kebenarannya dan bisa dipertanggungjawabkan kajian empirisnya) bahwa Poso jauh berbeda dari wilayah lain yang pernah mengalami konflik sepanjang 1998. Dan tentu saja, peristiwa teror sangat mengganggu pikiran saya jika ternyata seluruh pandangan yang saya kemukakan akan sia-sia karena kecenderungan kelompok tertentu terprovokasi atau terpancing, sehingga konflik bisa bermunculan lagi. Tapi, sampai saat ini saya tidak melihat itu dan saya melihat kekuatan lain dapat menjadi perekat dalam hubungan antar kelompok sehingga masyarakat tidak mudah diprovokasi. Yang menarik., justeru saya melihat bahwa konflik bukan masalah yang akan dihadapi masyarakat masa akan datang. Bukan juga persoalan seputar moderenisasi, hegemoni, radikalisasi atau hambatan dalam kegiatan dan program yang mengupayakan deradikalisasi., soal temuan ini akan dibahas pada rubrik berikutnya. Yang Jelas, kekuatan perekat itu bersumber dari terbentuknya sikap rasional masyarakat dimana sikap tersebut muncul sebagai keberhasilan program dan kebijakan “Politik Kesejahteraan” yang sudah jauh sebelumnya tergambar pada Deklarasi Malino untuk Poso. Selain sikap rasional yang mulai bertumbuh dan berkembang pada pola hubungan masyarakat serta tata kelakukan, aspek lainnya saya menaruh perhatian terhadap proses integrasi sosial kemasyarakatan dalam pola hubungan dimana hal ini dapat mengubah karakter sosial masyarakat Poso serta menata kembali Posintuwu secara filosofi dalam setiap hubungan. Kita berharap, masyarakat tidak terpancing!

Tidak ada komentar: