“……Selaku
masyarakat Indonesia, saya berhak mengeluarkan suara bahwa masyarakat butuh
Jusuf Kalla! [Adriani GA Tobondo]”
JK DAN PARTAI GOLKAR
antarajatim.com
memberi judul artikel “Golkar Minta PKB Bersabar Meminang Jusuf Kalla”[1]
sangat menarik untuk dibaca sehingga bisa memahami arah dari perjalanan partai
bergambar pohon beringin itu.
Dari uraian tersebut
terdapat beberapa hal yang dapat disarikan terkait Jusuf Kalla, Pinangan PKB
dan Golkar sebagai berikut : Pertama., Wakil Sekjen DPP Partai Golkar, Ridwan menganggap bahwa PKB
sekedar menaikan elektabilitas partainya dengan cara mengusung Jusuf Kalla
sebagai Calon Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Juli
2014 mendatang. Kedua., Golkar menganggap bahwa apa yang dilakukan PKB dalam
menaikan elektabilitas partai ialah proses pengrusakan sistem yang sudah ada. Ketiga.,
Wakil Sekjen DPP Partai Golkar mengatakan bahwa Golkar sudah menyiapkan tugas
kepada Jusuf Kalla demi kemenangan di Pemilihan Umum Legislatif oleh DPP, Jusuf
Kalla akan menjadi juru kampanye nasional.
Ketiga pointer seputaran Jusuf Kalla, Pinangan
PKB dan Golkar tampak bahwa :
·
Jusuf Kalla
memiliki pengaruh besar di mata masyarakat dan Golkar masih membutuhkan Beliau.
Disini patut ditanyakan siapa sebenarnya yang ingin menaikan elektabilitas
partai? Apakah PKB atau Golkar? Golkar menuding PKB sekedar menaikan
elektabilitas partainya sementara Golkar terbukti belum “tulus” melepas Jusuf
Kalla bahkan tidak berkeinginan partai lain meminangnya sebagai Calon Presiden
NKRI pada Juli 2014 mendatang.
·
Dibalik
ketidakpastian itu dan sikap Golkar terhadap Jusuf Kalla yang tampak bagi saya
ialah JK terkesan diperlakukan “nggantung”
oleh Golkar. Artinya, Golkar mengakui pengaruh yang dimiliki JK tetapi disisi
lain mengabaikan potensi pengaruh JK karena satu dan lain hal. Mungkin saja itu
terjadi karena ada semacam konsilidasi dan kesepakatan internal partai Golkar
sehingga cemas jika Aburizal Bakrie atau Ical tidak terpilih menjadi Presiden
dalam Pemilu Presiden 2014 mendatang. Disisi lain, tawaran tugas untuk JK dari
DPP Golkar sebagai juru kampanye nasional di Pemilu Legislatif terkesan hanya memanfaatkan
potensi pengaruh JK sekaligus terkesan “kurang menghargai” kedudukan dan
peranan JK. Sebaliknya, JK sangat menghargai partai Golkar karena terbukti
bahwa dirinya sama sekali tidak mengeluarkan pernyataan apa-apa terkait
pinangan partai PKB, tidak mengikuti Calon Presiden Konvensi Partai Demokrat
atau tawaran partai lain. Golkar jelas perilakunya abu-abu!
·
Justeru baik
kalau memang benar internal Partai Golkar berpikir untuk masa depan Partainya,
maka baiknya dibuat saja dua pilihan Calon Presiden yaitu satu Capres Jusuf
Kalla dan satunya Capres Ical. Ini dinilai sangat baik, strateginya hanya
memilih siapa Cawapres yang ideal, memiliki komunikasi sosial yang besar. Hanya
saja, apakah Golkar akan menempuh itu?
JALUR INDEPENDEN UNTUK JUSUF KALLA
JK punya salah satu
kemampuan yaitu menyelesaikan masalah yang terkesan sulit diselesaikan dengan
pendekatan unik dan sebelum masyarakat “dipopulerkan” dengan istilah politik blusukan era Pemilihan Gubernur-Wakil
Gubernur DKI Jakarta Jokowi-Ahok, justeru model pendekatan politik tersebut
telah dilakukan JK dan pastinya JK lebih awal mempelajari strategi Gubernur DKI
Ngantung periode silam.
Jadi sayang jika JK
tidak maju sebagai Calon Presiden NKRI Juli 2014 mendatang. Alasannya
sederhana, Negara ini (NKRI) sedang dalam krisis besar dan tidak sedikit
masalah yang silih berganti datang, ini membutuhkan keahlian dan potensi
seperti yang ada dalam diri Jusuf Kalla.
JK bisa memilih
jalur independen untuk maju sebagai Calon Presiden NKRI Juli 2014, bukannya publik
Indonesia sekarang sedang “sinis” terhadap partai politik?