Saya sedikit bergumul melihat Partai Golkar., secara pribadi sejak kecil saya dibesarkan oleh Partai ini. Dari generasi ke generasi, Golkar masih dominan mempengaruhi budaya masyarakat bahkan sudah seperti rumah dari sekian banyak para leluhur.
Berkaitan dengan Ical, Capres GOLKAR kemudian media menyoroti bahwa jika terdapat CAPRES lain diluar kesepakatan, maka pihak internal partai (Golkar) akan menindaklanjuti secara serius mereka yang mengusung nama lain selain Ical.
Sementara itu, eksistensi JK dimata dunia tak dapat disangkal demikian juga diranah publik, memperoleh sekian banyak penghargaan gelar kehormatan akademis, terbukti menyelesaikan masalah dengan mudah serta populeritas yang tinggi di daerah-daerah NKRI ialah poin tersendiri potensi politis JK untuk maju ke Bursa CAPRES. Demikian juga pandangan dari berbagai pengurus partai (GOLKAR) baik di daerah maupun di pusat, seluruhnya mendukung JK.
Yang cukup mengejutkan, sikap berani Muntasir menyatakan menolak Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical)
untuk menjadi Calon Presiden tunggal dari Partai Golkar dalam Pemilu
2014 dan mengusulkan segera dilaksanakan Musyawarah Nasional Luar Biasa
Partai Golkar (lihat http://www.tempo.co/read/beritafoto/1997/Muntasir-Hamid-Tolak-Aburizal-Bakrie-Jadi-Capres).
Bagi Muntasir, tentu ada alasan yang mendasar mengapa dirinya menolak Ical! Kemungkinan besar alasannya ialah meningat populeritas JK yang lebih besar daripada Ical. JK telah sangat lama berbuat bagi kemanusiaan dan Ical belum memiliki banyak pengalaman. Bagaimana dengan lumpur Lapindo? Apakah sudah diselesaikan?
Golkar harus berani menerima konsekwensi yang terburuk, jika JK telah memperoleh "pinangan" partai lain. Kemungkinan besar (prediksi), Golkar akan mengalami masa-masa terakhir dari sebuah kejayaan.
Yang disesali, person-person di GOLKAR terkesan tidak berani tampil terang-terangan untuk menentukan sikap yang sangat beralasan menyelamatkan nasib partainya sendiri. Muntasir jauh lebih berani dibanding yang lain, person internal Golkar!
Benarkah Ical jauh lebih baik daripada Jusuf Kalla? Saya ragukan, Ical harus lebih banyak belajar dan selesaikan dahulu masalah Lapindo secara tuntas.