Anak Kampus CPC - Support us

Rabu, 27 Februari 2013

PLURALITAS INDONESIA DAN “BLUR”ALITAS POLITIK PANGGUNG PILIHAN PRESIDEN



PILPRES dan PILWAPRES tak terasa semakin dekat, Indonesia akan memulai sebuah laman baru, laman untuk sekian kalinya membuktikan bahwa Indonesia benar-benar negara yang menerima pluralitas itu sendiri. Saya masih ingat, ketika itu, SBY dan JK duduk bersama memimpin negara ini. Kedua tokoh tersebut luar biasa, khususnya Jusuf Kalla yang kepemimpinannya tidak  dapat dipungkiri telah membawa sebagian perjalanan bangsa Indonesia jauh lebih baik dari sebelumnya. Muhammad Jusuf Kalla, ia lah yang perintis utama pendekatan-pendekatan inovatif dalam memecahkan masalah paling krusial antara lain KONFLIK POSO dan KONFLIK AMBON, kedua konflik itu sangat sukar diselesaikan tetapi dengan kecakapan Jusuf Kalla (JK) maka POSO dan AMBON bisa memperoleh kedamaian. Demikian juga masalah ACEH., masalah ACEH adalah masalah 30an tahun, tetapi bagi seorang Jusuf Kalla hanya dengan memandang serta memahami ACEH lebih baik, merasakan keluh kesahnya juga menghargai setiap posisi-posisi bargaining serta menengahi dengan kedudukan Negara Kesatuan Republik Indonesia, masalah ACEH pun selesai.

Sayangnya, JK pada PILPRES kedua di masa pertamanya memimpin negara, JK-WIN kurang mendapat keberuntungan. JK-WIN terkenal dengan slogannya LEBIH CEPAT LEBIH BAIK dan PASANGAN NUSANTARA. Sebelum itu, JK sepertinya kurang di”gubris” oleh SBY, ia menanti dan menunggu jawaban dari SBY tapi tak kunjung datang. Singkatnya, hasil suara pun membawa SBY-BOEDIONO naik menjadi pemimpin negara hingga saat ini (tahun 2012). Kepemimpinan SBY-BOEDIONO tampaknya mengalami berbagai kesukaran yang sepertinya sukar diselesaikan.

Bagaimana dengan JK? Meski kalah dalam pemilihan, JK tetap menunjukkan ketulusannya bagi INDONESIA, ia tetap eksis dan tetap melayani masyarakat INDONESIA siapa pun dirinya. Sejumlah prestasi dan karya ia lahirkan. Seorang supir taksi pernah mengatakan kepada saya “MAS DARI SULAWESI? SAYA MENYESAL JUSUF KALLA TIDAK MENJADI PRESIDEN” dan saya menjawab “SAYA JUGA PAK, SAYANGNYA MUNGKIN TEMAN BAPAK ATAU BAPAK SENDIRI TIDAK MEMBERIKAN KESEMPATAN UNTUK JK MEMBUKTIKAN KECAKAPAN MEMIMPINNYA, JIKA BENAR ITU TERJADI SAYA HANYA BISA MEMAKLUMI PERILAKU SOSIAL POLITIK MASYARAKAT SENDIRI”

JK untuk sekian kalinya lagi mengantongi gelar DOCTOR HONORIS CAUSA dari UNIVERSITAS INDONESIA dalam bidang Kepemimpinan pada 9 Februari 2013. Mungkinkah masyarakat Indonesia benar-benar merindukan sosok JK? Saya secara pribadi sangat merindukan Beliau menjadi Presiden Indonesia mendatang.