Anak Kampus CPC - Support us

Selasa, 16 April 2013

PENUTUPAN GEREJA? JANGAN TERLALU DISIKAPI EMOSIONAL TAPI PERLU BIJAK MELIHATNYA [教会の閉鎖?しかし、あまりにも感情的な知恵を必要としないことはSEE対処]



Bangsa yang benar dan besar itu adalah bangsa yang plural tapi pluralitas sebaiknya juga dipahami, tidak sembarang berbicara tentang hal itu. Sebagai contoh, ketika banyak media mengangkat soal penutupan gereja di Aceh dan disusul dengan berbagai kasus soal itu., banyak pengamat memandang itu adalah sikap yang intoleran. Benarkah?

Sebenarnya tidak seperti itu, di Indonesia banyak sekali Gereja sebenarnya yang menjadi soal kalau Vihara yang ditutup karena jumlah pemeluknya sedikit sementara itu Gereja lebih dari jumlah Vihara dan terdiri dari sekian banyak aliran. Protestan misalnya jauh lebih banyak daripada Khatolik, belum lagi aliran Kristen lainnya. Justeru jika Gereja banyak dibangun di berbagai wilayah dari desa sampai kota, mendirikannya di tempat-tempat padat kosentrasi penduduk dan aktifitas ekonomi., ini bisa dipertanyakan lebih kritis. Ada apa sebenarnya.

Saya rasa tidak salah Pemerintah mengatur atau menertibkan serta mempersiapkan prosedur yang harus diikuti. Bukankah agama itu sendiri secara harafiah diartikan HIDUP TERATUR? Jadi semua hal harus sesuai prosedur standar teknis termasuk Gereja dan berbagai kelompok agama lainnya dalam menjalankan aktifitas religi-nya.

Kita juga tidak bisa sembarang menyimpulkan bahwa aturan terkait pendirian Gereja misalnya harus memperoleh izin dari 90 Jemaat dengan dukungan 60 warga sekitar, ialah aturan yang sengaja dibuat untuk mengintimidasi Kekristenan. Bagi saya tidak, itu hanya soal prosedur jadi ya dipenuhi saja.

Sebaliknya, jika Gereja menuntut keadilan maka keadilan seperti apa yang diinginkan? Bukankah itu membuktikan Gereja sebagai Lembaga Keagamaan melakukan praktek intoleransi?

Banyak Gereja yang akhir-akhir ini didirikan bukan lagi mengaktualisasikan ajaran Yesus Kristus sebagai Tuhan untuk mempraktikan kasih dalam berbagai dimensi dan berbuat lebih banyak kebaikan dalam berbagai dimensi, tetapi sepertinya Gereja lebih mengejar keuntungan secara ekonomi. 
-------------
偉大な国、それは多元的な国家であるが、多数はまたそれについて話をしないと理解されるべきである。例えば、メディアの多くは、アチェ教会の閉鎖の話それに関する様々なケースが続いたとき多くのオブザーバーは、それが寛容な態度であると考えています。本当に?

実際に教会は修道院の量以上であり、多くのストリームで構成されながら、寺院が原因で少しフォロワーの数閉鎖された場合、インドネシアの教会の多くは実際に重要でそれを好きではないカトリックよりもはるかとしてプロテスタント他のキリスト教の宗派は言うまでもありません。教会は、村のさまざまな部分に建設された場合、確かに人口や経済活動の密な濃度の場所でそれを設定するこれは重大な問題である可能性があります。何が起こっている

私は、政府が規制したり抑制し、従うべき手順を準備するとは思わない宗教自体は文字通りLIFE定期的意味ではないのですか?だから、すべてのものは、教会とその宗教的な活動を行う中で、他の宗教団体などの技術標準的な手順に適合しなければなりません。

我々はまた、90のように、教会の設立に関連するルールのいずれかが60地域住民の支援を受けて教会の許可を得なければならないと結論づけることはできませんが、意図的にキリスト教を威嚇するためのルールです私にとってそれはちょうどそうはいだけ満たさ手続きの問題だ

逆に、教会はその後正義何をしたいような正義を要求したら?ことは、宗教団体の練習不耐症として教会を証明しないのですか?

多くの教会は最近、もはや別の次元での愛を実践するために、主、イエス·キリストの教えを実現しないと次元の様、より良いことを確立し、それは、教会のように見え、さらに経済的利益を追求しています。