Anak Kampus CPC - Support us

Rabu, 04 Mei 2016

Memburu Terorisme Poso Santoso

Tulisan berikut fokusnya pada Santoso, Terorisme Poso merupakan rintisan tulisan "Santoso: Aktor Papan Atas" yang dimuat pada blog ini.

Dari berita Kompas tentang Santoso, dikemukakan bahwa masa perburuan Santoso diperpanjang 2 (Dua) bulan ke depan. Episode perburuan tersebut masih sama dengan episode sebelumnya, TNI bersama-sama POLRI memburu Santoso. DETIK juga mengulas berita Santoso, dikemukakan bahwa telah ditangkap 2 (Dua) warga Riau yang akan bergabung (berencana) dengan kelompok Santoso. Usaha tersebut digagalkan oleh Djati.

Kasus kedua, penangkapan Ovan dan Dede warga Riau, menjelaskan bahwa Santoso memiliki pengaruh besar dalam mengajak orang bergabung. Ini berarti bahwa ada kelompok lain diluar dari kelompok Santoso yang sedang diburu TNI/POLRI. Kelompok tersebut umumnya berperan dalam merekrut dan usaha itu dilakukan dengan cara memberikan informasi (iklan) dari mulut ke mulut atau cara yang lebih moderen menggunakan media sosial seperti facebook dan twitter atau sejenisnya.

Pikir saya, selain hal yang tampak dari kasus kedua, maka sudah sangat jelas bahwa Poso dipilih sebagai basis dari pergerakan radikalisme agama. Lahannya sangat subur (wilayah Poso) disana untuk bisnis seperti terorisme.

Pandangan ini sudah saya kemukakan sejak lama, sekitar tahun 2008, bahwa Poso adalah wilayah uji coba kekuatan tertentu dimana kekuatan tersebut adalah kekuatan radikal. Sementara peristiwa ini dinilai saya sebagai bentuk pencemaran atas kewibawaan TNI/ POLRI sekaligus kewibawaan Negara. TNI/ POLRI atau Negara menghadapi tantangan dan cobaan yang besar, kewibawaan mereka (TNI, POLRI atau Negara) sedang diinjak oleh kelompok radikalisme agama.

Kelompok peneror menginginkan Negara lemah dan mengikuti kemauan mereka (Teroris).

Kembali pada kasus kedua dan sepak terjang Santoso, bahwa tidak menutup kemungkinan Santoso atau kelompok teroris lainnya yang ada di Poso keberadaan mereka (Santoso atau kelompok teror lainnya) dimungkinkan tetap ada, karena mungkin saja masyarakat mendukung baik disebabkan sikap berpihak atau terpaksa mendukung sebab takut menerima perlakuan tertentu yang tidak diinginkan, misalnya aksi pemenggalan kepala yang dilakukan oleh teroris Indonesia.

Sehubungan itu, harapannya Tentara dan Polisi atau dalam hal ini Negara dapat memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat, bukan hanya mengupayakan keberhasilan misi perburuan Santoso. (drtobondo)

Tidak ada komentar: