Anak Kampus CPC - Support us

Rabu, 21 November 2012

Obama di Amerika Serikat dan Jokowi di Jakarta untuk Menerawang Pilpres 2014

Indonesia mencari pemimpin? Sebagai warga negara yang baik, tentu saya masih bertanya-tanya siapa Pemimpin mendatang yang akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik? Bukan berarti bahwa Pemimpin kurang baik kinerjanya atau kurang baik membawa Indonesia menjadi yang lebih baik! Setiap pemimpin pasti punya minus-plus nya. Dalam tulisan ini, saya ingin mengangkat model kepemimpinan mendatang, siapa dan bagaimana polanya ketika Indonesia memasuki Pilihan Presiden 2014?

Obama sudah terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, sekarang Obama terpilih lagi. Fenomena apa dibalik terpilihnya Obama? Saya disini menaruh perhatian pada pokok amatan yang umumnya sama dengan pandangan para pengamat lainnya, Obama bukan dari ras kulit putih tapi ia dipilih masyarakat. Dengan sendirinya, masyarakat Amerika Serikat bukan masyarakat ekslusif sebab mereka dapat membuka diri untuk orang lain yang dipercaya mampu membawa kehidupan jauh lebih baik. Demikian juga Jokowo, Gubernur DKI Jakarta., Jokowi berasal dari Solo dengan latarbelakang sosial budaya yang ada berbeda sedikit juga backgroundnya yang konon disinyalir menjadi tekanan ceramah SARA Rhoma Irama, sehingga Jokowi harus memberikan respon berupa ketidaksetujuan atas bahan "obrolan Raja Dangdut". Terpilihnya Jokowi, membuktikan bahwa masyarakat di Jakarta dan umumnya masyarakat Indonesia (ketika masyarakat merespon substansi ceramah Rhoma Irama) mengarah seperti perubahan perilaku masyarakat di Amerika Serikat, menuju masyarakat terbuka? Ya, untuk kasus tematisnya saat ini, tapi saya berharap ini juga akan menjadi permanen, ketika perubahan itu sudah pada titik finalnya (hasil jadi).

Peristiwa ini juga belum menjadi jaminan pada trend Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014. Apakah masyarakat siap dan pasti menerima Presiden yang berasal dari Luar Jawa? ataukah masih seputar calon dari Dalam Jawa? Siapkah masyarakat Indonesia menerima Presiden jika seandainya seorang Presiden berasal dari salah satu agama yang bukan agama mayoritas di Indonesia? 

Meski ada indikasi bahwa sulit untuk menerima Presiden yang bukan berasal dari Jawa dimana secara populasi penduduknya dan kosentrasi pembangunannya juga titik arus kebijakannya berada di Jawa sehingga sulit untuk seorang Presiden yang berasal dari Luar Jawa mengambil potensi itu, tapi saya masih percaya ada peluang yang cukup kuat apabila seorang Calon Presiden dapat melakukan :
  1. Pola pendekatan yang sama dari pendekatan beragam calon kandidat politik pada kancah pemilihan Kepala Daerah, Provinsi dan sebagainya yang bermuara pada pendekatan Visualisasi Aktor.
  2. Secara konkret telah melakukan berbagai upaya-upaya yang tidak hanya sekedar wacana tapi hasil yang benar-benar dirasakan.
  3. Tidak hanya melakukan pendekatan pada elite-elite saja tetapi harus ke "akar rumput" untuk memperkuat posisi sebab elit secara kuantitas jauh lebih sedikit dibanding "akar rumput" yang tidak sedikit, tapi bukan berarti pendekatan terhadap elite tidak dilakukan. Itu masih dilakukan hanya saja mengubah orientasi pendekatan yang dulunya terlalu terkonsentrasi pada elite semata-mata.
  4. Sebagai alat jaminan jika sudah terpilih juga jaminan masa datang, setidaknya wujudkan janji menjadi kenyataan agar hal tersebut berfungsi sebagai instrumen komunikasi politik dan baik untuk pencalonan masa datang.
Benarkah?

Saya berharap pandangan ini setidaknya mempengaruhi perubahan pola pencalonan dan sikap masyarakat Indonesia dalam memandang individu yang berpotensi memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia ke arah yang lebih baik. Siapkah kita?

Terima kasih, wassalam