kondisi
di Poso tetap stabil dan aman-aman juga masing-masing mampu memainkan
peran dalam memberikan jaminan rasa aman, kenyamanan, sehingga setiap
individu atau kelompok dapat menjalankan aktifitas sehari-hari; (2).
Sepengetahuan saya juga beberapa pengalaman dari orang lain atau pihak
yang berkepentingan selama mengunjungi Poso, bahwa Poso kondisinya sudah
pulih. Pulihnya kondisi dilihat dari hubungan yang harmonis, hubungan
antar kelompok yang dimaksudkan itu. Tetapi sungguh diluar dugaan, Poso
mengalami teror lagi; (3). Saya sendiri sudah melakukan beberapa
diskusi, pernyataan dan pandangan-pandangan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara empiris (terukur, bisa diuji kebenarannya
dan bisa dipertanggungjawabkan kajian empirisnya) bahwa Poso jauh
berbeda dari wilayah lain yang pernah mengalami konflik sepanjang 1998.
Dan tentu saja, peristiwa teror sangat mengganggu pikiran saya jika
ternyata seluruh pandangan yang saya kemukakan akan sia-sia karena
kecenderungan kelompok tertentu terprovokasi atau terpancing, sehingga
konflik bisa bermunculan lagi. Tapi, sampai saat ini saya tidak melihat
itu dan saya melihat kekuatan lain dapat menjadi perekat dalam hubungan
antar kelompok sehingga masyarakat tidak mudah diprovokasi. Yang
menarik., justeru saya melihat bahwa konflik bukan masalah yang akan
dihadapi masyarakat masa akan datang. Bukan juga persoalan seputar
moderenisasi, hegemoni, radikalisasi atau hambatan dalam kegiatan dan
program yang mengupayakan deradikalisasi., soal temuan ini akan dibahas
pada rubrik berikutnya. Yang Jelas, kekuatan perekat itu bersumber dari
terbentuknya sikap rasional masyarakat dimana sikap tersebut muncul
sebagai keberhasilan program dan kebijakan “Politik Kesejahteraan” yang
sudah jauh sebelumnya tergambar pada Deklarasi Malino untuk Poso. Selain
sikap rasional yang mulai bertumbuh dan berkembang pada pola hubungan
masyarakat serta tata kelakukan, aspek lainnya saya menaruh perhatian
terhadap proses integrasi sosial kemasyarakatan dalam pola hubungan
dimana hal ini dapat mengubah karakter sosial masyarakat Poso serta
menata kembali Posintuwu secara filosofi dalam setiap hubungan. Kita berharap, masyarakat tidak terpancing!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar