Sebuah studi menunjukkan anak-anak yang berwatak penakut dan dibesarkan oleh orang
taua yang mementingkan kepatuhan cenderung mendukkung ideologi
konservatig ketika ia dewasa. Tim peneliti yang dikepalai R.
Chris Fraley dari University of Illinois memeriksa data dari 708 anak
yang mula-mula ambil bagian dalam studi di National Institute on
Children Health and Human Development. Berdasarkan jawaban para
orang tua terhadap kuesioner ketika si anak berusia satu bulan, para
peneliti menyeleksi orang tua mana yang tergolong ke dalam tipe
otoriter, mereka yang contohnya setuju dengan pernyataan "anak-anak
harus selalu mematuhi orang tua mereka", dan mereka yang lebih egaliter. Peneliti
juga melihat estimasi para ibu terhadap watak anak mereka yang berusia
4,5 tahun dan merincinya dengan lima faktor: tidak bisa diam, pemalu,
fokus, sikap pasif, dan penakut. Tim peneliti menemukan bahwa
anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yan gotoriter cenderung
memiliki nila-nilai konservatif ketika usianya 18 tahun. Sementara itu,
anak-anak dengan orang tua egaliter cenderung memiliki sikap politik
liberal.
Sebagai tambahan, anak-anak dengan tingkat ketakutan
tinggi dalam masa kecilnya cenderung bersikap konservatif ketika dewasa.
Sementara anak-anak dengan sikap fokus dan tidak bisa diam cenderung
bersikap liberal. Peneliti juga mengontrol jenis kelamin, latar belakang etnis, fungsi kognitif, dan status sosial-ekonomi para peserta.
"Salah
satu tantangan dalam ilmu psikologi adalah memahami beberapa jalur yang
mendasari perkembangan kepribadian," kata Fraley dalam sebuah
pernyataan.
"Penelitian kami menunjukkan variasi pendapat
orang-orang terhadap topik yang beragam, mulai dari aborsi, militerm dan
hukuman mati, dapat memberi petunjuk kepada perbedaan watak yang dapat
dilihat selama 54 bulan awal usia seseorang dan juga variasi sikap orang
tua terhadap cara membersarkan anak dan disiplin," tambahnya seperti
yang dikutip dari Live Science.